Motivasi
Akademi Oke, Organisasi Oke
Kesibukan di dunia perkuliahan memang bermacam-macam, itulah yang membuat mahasiswa harus memilih kegiatan apa yang akan dijalani. Ada tipe mahasiswa yang hanya fokus pada akademik. Mahasiswa model ini biasanya rajin ke kampus, ada yang menyebutnya mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang). Mahasiswa tipe ini cenderung terjebak dalam ranah formalitas dan menganggap bahwa ruang perkuliahan hanya satu-satunya sumber ilmu. Mindset yang dibangun juga bersifat datar (pada umumnya), yaitu IPK cumlaude, lulus jadi PNS misalnya. Padahal kehidupan setelah perkuliahan tidak semudah yang dibayangkan.
Ada juga tipe mahasiswa aktivis, mahasiswa tipe ini memiliki kesadaran sosial. Tidak hanya mempunyai tugas akademik, tapi ada tugas sosial. Segudang agenda kegiatannya dalam organisasi terkadang melupakan tugas utamanya yaitu kuliah. Mahasiswa model ini seringkali dicap MA (Mahasiswa Abadi) sebelum lulus. Mahasiswa aktivis ini pada umumnya bekerja tidak sesuai dengan bidang kuliahnya, Karena mereka banyak memiliki life skill. Rata-rata mereka mudah mencari pekerjaan, jelas mereka punya banyak jaringan, mudah bergaul, dan beradaptasi.
Dalam konteks akademik, mahasiswa mempunyai tanggung jawab terhadap almamaternya maupun diri sendiri dan orang tua agar kuliahnya menghasilkan predikat memuaskan dan tepat waktu. Sementara dalam masyarakat memandang bahwa mahasiswa itu bisa segalanya. Baik dalam keilmuan maupun sosial. Dengan demikian ketika mahasiswa menyandang sarjana, mereka harus mampu merespon sekian persoalan yang terjadi di sekitar lingkungannya.
Sebagai seorang mahasiswa tentunya tujuan utama kuliah yaitu kuliah itu sendiri dengan mengembangkan diri di bidang akademik, bahkan di bidang non akademik, seperti halnya berorganisasi. Berorganisasi juga sama pentingnya, bahkan dengan menjadi seorang aktivis, banyak pengalaman dan kematangan yang akan kita peroleh. Jika mahasiswa hanya bergulat di bidang akademik saja, yaitu kuliah, kuliah, dan kuliah, tanpa pengembangan soft skill di bidang non akademik, maka akan gagap kelak saat mahasiswa berbaur dengan masyarakat. Mereka akan gagap menghadapi peristiwa sosial yang terjadi di sekitarnya, karena tidak pernah merasakan kehidupan sebagai seorang aktivis yang lebih sering berbaur dengan lingkungan sekitar. Begitupun sebaliknya, aktivis tanpa memiliki intelektual adalah nol.
Maka anggapan bahwa organisasi lebih penting dari pada kuliah maupun sebaliknya harus dihilangkan. Karena keduanya saling melengkapi dan sama-sama memiliki peran penting bagi mahasiswa. Harus ditumbuhkan sikap bahwa "walaupun berorganisasi tapi harus tetap berprestasi dalam perkuliahan, Karena tujuan utama kita adalah kuliah."
Sebenarnya tidak sulit menjadi mahasiswa aktivis-akademis. Hanya dibutuhkan manajemen waktu yang disiplin dan tahan banting dalam mengahadapi masalah. Banyak manfaat yang bisa didapatkan melalui proses organisasi, kita bisa melatih soft skill yang tidak didapat saat perkuliahan, selain itu bisa menambah relasi dan wawasan .
Lalu gimana sih caranya menyeimbangkan kuliah dan organisasi?
Salah satu yang bisa kita lakukan yaitu membuat rencana harian, Mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Dengan begitu kita bisa memprioritaskan mana yang lebih penting atau mendesak, sehingga kita lebih mudah mengaturnya. Misal menyicil laporan jauh-jauh hari untuk menghindari jika ada agenda rapat atau acara lain yang mendadak. Semakin sibuk, semakin kita bisa mengatur waktu. Memang di awal pasti merasa kewalahan, namun semuanya butuh proses dan waktu. Lama kelamaan akan seimbang dengan sendirinya.
"Maka lakukanlah di setiap pekerjaanmu dengan cinta, karenanya dapat menghilangkan keterpaksaan, cinta membawa semangat, dan cobalah belajar untuk bisa merasakan"